Tuesday, January 8, 2008

Ungkapan Emosi Anak (Temper Tantrum)

Ibu sering melihat beberapa Anak teman Ibu atau bahkan Anak Ibu sendiri mengungkapkan emosinya dengan cara berteriak-teriak saat meminta sesuatu, menendang, memukul, membanting mainannya, atau berteriak-teriak sambil menangis di tengah keramaian. Ungkapan emosi seperti itulah yang disebut dengan Temper Tantrum.

Apakah Temper Tantrum merupakan perilaku negatif?



Meskipun hal tersebut sebaiknya jarang terjadi , namun temper tantrum sebenarnya JANGAN DIANGGAP SEBAGAI SESUATU YANG NEGATIF karena dalam periode pertumbuhan Anak usia satu sampai tiga tahun hal tersebut termasuk normal.

PENYEBAB TANTRUM
Ada beberapa penyebabnya yaitu :
1. Anak merasa elah
2. Anak merasa lapar
3. Anak merasa tidak nyaman pada suatu kondisi
4. Anak merasa frustasi, misalnya tidak mendapatkan yang diinginkan.

Telah disebutkan diatas bahwa salah satu penyebab Anak mengalami Temper Tantrum adalah karena frustasi hal ini yang biasanya terjadi apabila Anak tidak mendapatkan apa yang diinginkan. Namun demikian Frustasi pada Anak janganlah dianggap sesuatu yang negative dan tidak dapat diterima karena sebenarnya justru ia akan belajar mengenal orang lain, objek atau dirinya sendiri.

Seiring dengan bertambahnya usia Anak maka ia akan mulai membangun rasa percaya dirinya. Ia ingin belajar mandiri untuk mengekspresikan dirinya dan untuk menguasai lingkungan disekitarnya lebih dari yang sebenarnya mampu ia atasi. Anak akan merasa aku bisa melakukan sendiri atau aku ingin itu, atau berikan itu padaku. Ketika usia anak Anak mulai menyadari bahwa ia tidak dapat melakukannya sendiri dan tidak mendapatkan semua yang diinginkan, terbentuklah tantrum.

Beberapa hal positif yang bisa dilihat dari perilaku Temper Tantrum pada Anak adalah bahwa dengan ungkapan emosi yang cenderung menggebu-gebu atau meledak-ledak Anak ingin menunjukkan independensinya, mengekpresikan individualitasnya, mengemukakan pendapatnya, mengeluarkan rasa marah dan frustrasi dan membuat orang dewasa mengerti kalau mereka bingung, lelah atau sakit apabila ia tidak mengeskpresikannya.

Namun demikian bukan berarti bahwa Tantrum sebaiknya harus dipuji dan disemangati. JIKA ORANGTUA MENGIJINKAN SEORANG ANAK MELAKUKAN SESUATU ATAU MENDAPATKAN APA YANG DIINGINKANNYA SETELAH TANTRUM, HAL ITU SAMA SAJA DENGAN MENYETUJUI TANTRUM DAN MENGAJARKAN ANAK BERTINDAK AGRESIF.

Kekeliruan dalam menyikapi Tantrum, orangtua akan kehilangan satu kesempatan baik untuk mengajarkan Anak tentang bagaimana caranya bereaksi terhadap emosi-emosi yang normal (marah, frustrasi, takut, jengkel, dll) secara wajar dan bagaimana bertindak dengan cara yang tepat sehingga tidak menyakiti diri sendiri dan orang lain ketika sedang merasakan emosi tersebut.

MENCEGAH TANTRUM

Seperti semboyan penyakit “lebih baik mencegah daripada mengobati” maka cara paling ampuh mengatasi tantrum adalah dengan MENCEGAHNYA. Berikut tips agar Anak terhindar dari perilaku Temper Tantrum :
Pastikan Anak Ibu tidak kekurangan perhatian. Sering kali ada anggapan bahwa perhatian yang negative (respon salah orangtua terhadap perilaku tantrum) lebih baik daripada tidak ada perhatian sama sekali. Tetapi Alangkah lebih baik untuk senantiasa mencoba mempertahankan kebiasaan untuk berlaku positif, dalam arti memberi penghargaan jika mereka bersikap baik.

Mengenali sifat dan kebiasaan Anak Ibu. Luangkan waktu untuk menemani mereka belajar dan bermain, ini akan menunjukkan kepada mereka bahwa orangtuanya peduli dan memiliki perhatian terhadap kegiatannya.
Evaluasi pula cara Ibu mendidik Anak selama ini, apakah terlalu memanjakan, menuruti segala kemauannya, terlalu melarang, atau Ibu sering tidak konsisten antara perkataan dan perbuatan?

Jika Ibu merasa terlalu memanjakan Anak, terlalu melindungi dan SERINGKALI MELARANG ANAK UNTUK MELAKUKAN AKTIVITAS YANG SEBENARNYA SANGAT DIBUTUHKAN ANAK, JANGAN HERAN JIKA ANAK AKAN MUDAH TANTRUM JIKA KEMAUANNYA TIDAK DITURUTI.

MENGHADAPI TANTRUM

Ibu harus selalu ingat, bahwa yang paling penting saat menghadapi Anak yang tantrum, apapun sebabnya, tetaplah tenang. Menunjukan perasaan bahwa Ibu frustasi (meneriaki Anak, membentak mencubit dll) saat menghadapi si Anak tantrum justru akan memperumit perumit masalah. Anak akan merasakan emosi orangtua yang naik, hal itu bisa menyebabkan emosi Anak ikut meningkat sehingga tantrum semakin menjadi. SEORANG ANAK YANG SEDANG MENGALAMI TANTRUM TIDAK DAPAT MENERIMA BUJUKAN. Ia justru akan merespons negatif tindakan Ibu, jangan pula mengacuhkan. YANG TERBAIK ADALAH MEMBIARKANNYA dan Ibu bisa tetap berada disampingnya, peluk atau gendonglah Anak Ibu dengan penuh cinta, hal itu dapat membantunya menenangkan diri.

Jika Tantrum terjadi di tempat umum, bawalah Anak ke tempat yang aman untuknya melampiaskan emosi. Saat Anak Ibu mengalami tantrum, jauhkan Anak dari benda-benda, baik benda-benda yang membahayakan dirinya atau orang lain disekitarnya. Apabila Anak mulai memukul atau menyakiti orang-orang disekitarnya termasuk Ibu, jauhkan Anak dari teman-temannya dan jauhkan diri Ibu dari si Anak.

Selama Anak belum tenang, jangan memberikan nasehat atas tindakannya, tetapi fokuslah untuk menenangkan dirinya. Tentunya Ibu mengatakannya tanpa emosi ataupun bernada memarahinya. Sebagai orangtua Ibu perlu mengevaluasi mengapa sampai terjadi tantrum. Pada saat tenang, dalam situasi nyaman bagi orangtua dan Anak, Ibu perlu mengajarkan nilai-nilai kepada Anak agar ia tidak mengulangi kesalahannya lagi.

Diambil dari Ayahbunda-Online@yahoogroups.com.Posted by Shinta KusumawatiSun, 27 Aug 2006

0 Comments: